YouTube instagram facebook twitter tumblr linkedin
  • Home
  • Features
    • Budaya
    • Pendakian
    • Wisata
    • Alam
  • Documentation
  • My Profile

www.ardiyanta.com


Banyak orang sudah tahu bahwa negara kita ini merupakan negara bekas jajahan bangsa-bangsa yang kala itu sudah maju seperti Spanyol pada tahun 1.521 yang pertama kali merapat di Sulawesi Utara dan mendirikan pos-pos di Manado pada tahun 1.560. Berakhir pada tahun 1.692 dengan diusirnya mereka dari dari tanah Minahasa. Di bagian lain Indonesia dimulailah zaman penjajahan Portugis pada tahun 1.509 yang mendarat di Malaka dan berakhir pada tahun 1.595 dengan ditariknya pasukan Portugis seiring masukya orang-orang Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman yang berniat memonopoli perdagangan di Indonesia.
Kolonialisasi Belanda di Indonesia merupakan kolonialisme yang benar-benar kolonialisme karena diperkirakan mencapai 350 tahun. Tapi tidak seluruh wilayah di Indonesia yang dijajahnya, melainkan hanya wilayah yang berada di beberapa wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Papua saja.  
Lepas dari masa penjajahan Belanda di akhir abad ke-19 penjajahan di tanah air belum usai. Masih ada lagi masa pendudukan Jepang pasca Perang Dunia kedua yang juga membangkitkan semangat untuk merdeka bagi Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sudah terlepas dari cengkraman Belanda yang menindas bangsa Indonesia. Bahkan pada tahun 1942, Jepang menjanjikan pemerintahan bagi Indonesia apabila Indonesia bersedia membantu Jepang. Namun demikian para golongan muda tidak sabar lagi untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, sepulangnya Soekarno dan Hatta ke Indonesia para golongan muda merencanakan penculikan kepada Soekarno dan Hatta untuk secepat mungkin mendeklarasikan kemerdekaan dan akhirnya mereka dibawa ke Rengasdengklok. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia dinyatakan MERDEKA…!!!
Masa penjajahan memang membuat rakyat Indonesia menderita dan kehilangan kebebasannya di negeri sendiri. Bagaimana bisa di tanah air kelahiran malah seperti menjadi budak orang asing yang baru saja menginjak Indonesia melaui berbagai kerja atau pun tanam paksa.
18:41:00 2 komentar


Selagi masih diberi kesempatan maka tak ada salahnya untuk memanfaatkan kesempatan itu. Orang bilang mungkin kesempatan tak datang dua kali bukan ??? Bisa saja sih datangnya berkali-kali hehe. Namun hal terpenting adalah jangan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan yaaa….!!!
Ngomong-ngomong masalah kesempatan di satu hari di bulan Maret 2013 ini tepatnya tanggal 20, saya berkesempatan untuk menaiki satu gunung yang tiap hari saya lihat karena gunung ini selalu menampakkan dirinya disaat saya membuka pintu depan rumah. Gunung apakah itu???
Merbabu? Ungaran? Andong?  Telomoyo? Ataukah Lawu?  

Gunung-Telomoyo-dari-Kopeng
Semua gunung tersebut memang terlihat dari rumah saya, tapi yang saya maksud kali ini adalah Gunung Telomoyo yang ada di sebelah barat rumah. Sebagian besar orang yang ada di sekitaran Salatiga-Kopeng pastilah sudah tahu gunung ini. Tapi saya juga tak begitu yakin mereka juga mengetahui gunung ini bisa dinaiki dengan motor. Gunungdengan ketinggian 1.894 mdpl ini memang berbeda dengan gunung-gunung kebanyakan yang bisa digapai puncaknya dengan cara didaki dengan berjalan kaki, namun ternyata kita bisa mencapai puncaknya dengan menggunakan motor karena memang jalan menuju puncaknya sudah beraspal. Kalau kamu pernah ke Gunung Kelud di perbatasan Blitar Kediri yang juga bisa dilalui sepeda motor, namun bedanya di Gunung Kelud hanya sampai di parkiran motor saja yang ada di bawah puncak sedangkan Telomoyo bisa dilalui motor benar-benar sampai puncaknya.

03:53:00 68 komentar

Setelah menikmati keindahan Indonesia yang kaya akan budayanya dengan melihat pementasan Tari Topeng Ayu di Desa Ngrawan, Kec. Getasan, kini saatnya menikmati Indonesia dengan keindahan alamnya dengan menyambangi salah satu air terjun dari beberapa air terjun yang ada di sekitar Kopeng yaitu Air Terjun Kali Pancur yang masih satu jalur dengan tempat pertunjukan Tari Topeng Ayu. 

Rute Menuju TKP

Setelah masuk di jalan menuju Gunung Telomoyo di pertigaan mini pom bensin Salaran, begitu sampai di pertigaan pertama lalu berbelok ke kanan lagi. Beberapa meter berjalan akan menemui pertigaan lain dan jika kita berbelok ke kiri kita akan sampai di Desa Tanon atau desa tempat pementasan Tari Topeng Ayu sedangkan untuk menuju Air Terjun Kali Pancur lurus saja mengikuti jalan desa. Tenang saja tak perlu takut kesasar karena banyak petunjuk yang memandu kita untuk sampai ke objek wisata ini.
00:18:00 1 komentar

“I become a volunteer in Indonesia because of the rich culture & social live, so I choose Indonesia not the other countries”. Itulah yang dikatakan Merry, perempuan asal Perancis yang kebetulan menjadi sukarelawan di SD Getasan 3 yang juga sekolah tempat ibu saya mengajar. Tentu saja yang dikatakanya tersebut sangat membuat saya bangga menjadi salah satu bagian dari negara ini. 
Setelah beberapa hari Merry dan sukarelawan lain yang juga berasal dari luar negeri seperti Taiwan dan Jepang mengabdikan diri di sekolah tersebut,  guru-guru dari SD Getasan 3 mengajak mereka untuk menikmati keindahan Indonesia. Kali ini mereka akan ditunjukkan dengan betapa Indonesia itu sangat menjaga tradisi dan kebudayaan yang diturunkan dari nenek moyang dengan menonton pertunjukan Tari Topeng Ayu di Desa Ngrawan Kecamatan Getasan, Kab. Semarang. Desa tersebut bisa dijangkau dengan mudah dari Jalan Raya Salatiga-Kopeng belok kanan di pertigaan mini pom bensin Salaran sekitar 3 km. Jalan menuju Desa Ngrawan ini sejalur dengan jalan menuju Objek Wisata Air terjun Kali Pancur. 


Saat kami mulai memasuki desa tersebut, atribut-atribut kesenian pun mulai terlihat dengan hiasan-hiasan tradisional dan juga ada spanduk besar yang bertuliskan "Selamat Datang di Desa Menari", dari situ saya mulai tahu ternyata desa ini mulai meng-eksiskan diri dari aspek kebudayaan.
21:23:00 No komentar
Sampainya saya di Candi Umbul ini merupakan akhir dari rangkaian perjalanan mengunjungi beberapa Air terjun yang ada di sekitaran Salatiga-Kopeng. Ketertarikan saya dengan objek wisata yang juga merupakan peninggalan sejarah ini adalah dengan adanya kolam air panas yang ada di kompleks candi. Dari namanya saja sudah bisa diketahui kalau ada mata air disana. Orang jawa menyebut "umbul" yang berarti mata air. Berbeda dengan mata air kebanyakan, yang ada di Candi Umbul ini adalah mata air dengan yang bersuhu hangat.


Satu lagi yang membuat berbeda dengan mata air panas yang lain yang sebagian besar berbau belerang, namun air hangat yang muncul dari sumbernya di Candi Umbul ini sama sekali tidak berbau belerang sehingga saat menikmati hangatnya air kita tidak terganggu dengan bau-bauan belerang yang menyesakkan walaupun sebenarnya sumber air panas ini mengandung belerang.
Di situs peninggalan nenek moyang ini terdapat reruntuhan candi yang sudah tidak bisa dikenali lagi bagaimana bentuk aslinya. 

22:12:00 2 komentar

INDONESIA.......
Lagi-lagi rasa bangga dengan negara ini makin menguat dengan segala anugerah yang diberikan Tuhan padanya. Mulai dari kekayaan alam, tanah yang subur hingga ada penggalan satu lagu yang menyebutkan bahwa di tanah kita ini tongkat dan kayu saja dilempar bisa jadi tanaman karena saking suburnya, sampai kekayaan budaya sekaligus sejarah yang terkadang meninggalkan satu atau beberapa hal yang menjadi bukti keberadaannya.
Kali ini kebanggaan saya jatuh pada satu peninggalan sejarah yang berupa tumpukan batu yang bagi sebagian orang tidak menarik tapi bagi saya tumpukan batu yang biasanya disebut candi ini sangat tak ternilai  harganya. Candi ini oleh masyarakat sekitar sering sering disebut Candi Ngempon mungkin disesuaikan dengan letaknya yang berada di Desa Ngempon Kec. Bawen Kab. Semarang.
Setelah sebelumnya tak menyangka ada candi di dekat Salatiga yaitu Candi Dukuh yang berada di sekitaran Rawa Pening dan telah saya kunjungi pula sebelumnya, rasa penasaran saya makin membesar untuk mencari-cari lagi siapa tahu  masih ada beberapa candi yang ada di sekitaran Salatiga.
Tak seperti Candi Gedong Songo yang juga tak jauh dari Salatiga tepatnya di kaki Gunung Ungaran yang sudah terkenal dan cukup mendapat perhatian pemerintah, candi-candi seperti Candi Dukuh dan Ngempon ini terkesan jauh dari dunia luar yang tak banyak diketahui banyak orang.

20:36:00 12 komentar


Masa kecil adalah masa-masa dimana itu merupakan waktu kita selalu dekat dengan keluarga. Berbeda ketika kini kita semakin tumbuh dewasa dengan kesibukan dan segala apapun itu yang menggelayuti diri yang menyebabkan waktu dimana bisa berkumpul bersama terlebih bisa ngetrip bareng keluarga makin berkurang atau bahkan sudah tidak ada kesempatan lagi untuk meluangkan waktu sebentar untuk melakukan satu perjalanan ke objek wisata bersama-sama.
Sejenak saya teringat satu waktu di masa kecil saya, dimana sekeluarga berwisata ke Borobudur. Saat itu dari rumah berangkat pagi dengan menggunakan bus menuju Magelang. Setelah sampai di Terminal Tidar Magelang ganti bus lagi menuju Borobudur lalu disambung dengan naik becak ke komplek Candi Borobudur. Seingat saya becak waktu itu dibayar dengan uang Rp 10.000,- dan kami merasa sedikit kecewa karena kami yang memang tidak begitu tahu seberapa jauh jaraknya dan akhirnya setelah tahu, ternyata tak terlalu jauh juga untuk sekedar jalan saja masih bisa sebetulnya. Tapi biarlah itu menjadi hiasan perjalanan kami dalam berwisata kala itu.
Sekarang dengan bergulirnya waktu hingga melebihi 5 tahun setelah perjalanan wisata menuju borobudur itu, saya pun seperti mendapat satu ketertarikan untuk kembali ke candi yang memiliki sejuta keindahan itu sampai-sampai menjadi satu dari Keajaiban Dunia dan menjadi warisan dunia UNESCO.
Sebenarnya pada satu pagi yang cerah di awal Maret 2013 itu saya mengeluarkan motor untuk mengetahui lokasi desa Wekas di kab. Magelang karena saya mau ada pendakian ke Merbabu lewat jalur tersebut, namun setelah tahu persisnya desa itu barulah rasa ingin bereksplorasi muncul hingga menarik saya untuk menuju candi megah itu. Mungkin ada paham aji mumpung juga saat itu. Mumpung ada di Magelang kenapa gak jalan-jalan aja ke Kotanya apalagi dengan domisili saya yang tak jauh dari Magelang saya lebih banyak melakukan perjalanan ke timur dari pada ke barat.
Setelah memacu motor berkeliling kota Magelang dan mulai paham kondisi dan tata kotanya, saya belum mau pulang hanya puas dengan sampai di pusat kotanya. Satu keputusan pun muncul untuk mengunjungi Candi Borobudur untuk kedua kalinya. Namun bedanya kali ini saya kesana hanya seorang diri dengan kamera yang kebetulan selalu menemani. Mantap dengan destinasi kali ini saya langsung ke arah Mungkid tanpa pikir panjang.
Menuju candi ini tidak terlalu sulit karena banyak banget petunjuk di pinggir jalan yang mengarahkan menuju Borobudur. Terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah candi ini mendapat predikat candi Buddha terbesar kedua setelah Ankor Wat di Kamboja. Setelah menebus tiket masuk sebesar Rp 30.000,- maka tanpa pikir panjang saya langsung masuk menuju tempat candi itu kokoh berdiri. Sebelum sampai di pelataran candi, pengunjung diwajibkan memakai selendang batik khas Borobudur yang disediakan gratis oleh pihak pengelola. Setelah memakai selendang tersebut langsung saja saya menuju pelataran candi dan membidikkan lensa kamera ke segala sudut Candi Borobudur.


20:07:00 4 komentar


Hujan semalaman membuat apapun yang kami miliki basah kuyup kena air hujan. Maka pagi di hari kedua dengan mentari cerah yang mulai meninggi kami manfaatkan untuk menjemur segala perlengkapan mulai dari tas, celana, jaket, jas hujan, dan apa saja yang basah pagi itu semua kami jemur. Keadaan pagi itu terasa begitu kontras dengan keadaan malam hari di hari pertama pendakian yang serasa berada di barak pengungsian korban banjir.

Tekad menuju puncak masih menggebu di dalam hati. Pukul 09.30 kami pun selesai packing lalu mulai melangkahkan kaki ke Puncak Merbabu. Selepas Pos 2 kami memasuki hutan lebat dengan jalan yang masih menanjak tajam namun bedanya ada tambahan tantangan disini, yaitu bebatuan yang besar ada diman-mana.  
Setengah perjalanan kami beristirahat di dataran yang tidak terlalu luas di pinggir jurang dan di samping batu besar yang menghalangi jalur pendakian. Kabut hanya beterbangan di langit saja tidak sampai turun. Beberapa puncak pun terlihat menjulang disana.

Kami mulai melanjutkan perjalanan ditemani pohon edelweis di sisi kanan dan kiri yang masih belum berbunga dan tetap dengan tanjakan berbatu, hingga kami menemui trek yang paling ekstrim yang pertama yaitu trek vertikal 90° yang menuju pertigaan antara puncak dan jalur pendakian Kopeng.
Susah payah kami melalui trek vertikal tersebut karena selain sangat sulit dilalui juga sangat labil pijakannya dan rapuhnya tanaman untuk pegangan yang ada. Di trek vertikal inilah mulai turun gerimis yang lama kelamaan makin deras. Kami mulai mengeluarkan jas hujan sembari beristirahat menikmati pemandangan kawah mati Merbabu dengan bau belerang yang lumayan menyengat. Tanah yang ada di pos ini juga terlihat memutih seperti terkena muntahan belerang dari kawahnya.
Pos di dekat pertigaan Jalur Wekas dan Kopeng
Di bawah pertigaan ini terdapat satu dataran yang lumayan luas yang dinamakan Pos Helipad, biasanya pos ini juga sering digunakan untuk ngecamp oleh para pendaki.
Di lokasi pertigaan ini cukup ramai karena merupakan perlintasan jalur pendakian Wekas dan Kopeng. Ada yang sudah turun dari puncak, ada yang dari jalur Kopeng, dan ada pula kami dari jalur Wekas yang saling berpapasan disini.

jalur menuju Puncak Pemancar
09:38:00 50 komentar

Hasrat naik gunung makin menggebu setelah terakhir kalinya naik gunung di akhir desember tahun lalu ke Semeru. Kali ini saya mencoba untuk join trip di forum backpacker Indonesia yang kebetulan menemukan satu open trip ke Merbabu. Saya yang sudah bertahun-tahun hidup dengan naungan Merbabu di satu desa di kaki gunung cantik tersebut, hanya baru sekali mendakinya dan itupun hanya sampai pos satu lewat jalur Ampel karena saat itu hanya pendakian iseng dengan teman SMA. Perbekalan yang dibawa saat itu pun sangat terbatas. Jangankan perlengkapan pendakian yang memadai, saya saja hanya membawa tas sekolah selempang yang diisi dengan perbekalan iseng juga, hanya beberapa mie instan dan jajanan kecil lainnya. Alhasil pendakian saat libur kenaikan kelas XI SMA tersebut berakhir dengan mendirikan tenda di Pos 1 . Setelah menikmati sunrise, kami pun langsung turun.

@Merbabu
08:26:00 17 komentar

Puas menikmati kota Tomohon dengan berjuta keindahannya dalam perayaan Tomohon International Flower Festival dan beberapa tempat wisata yang telah dikunjungi sebelumnya. Hari terakhir dari serangkaian petualangan di bulan puasa 2012 lalu di kota bunga itu, saya dan beberapa travel mates yang juga menjadi class mates di STAN BDK Manado berencana untuk menyambangi satu danau yang menjadi danau terluas di Sulawesi Utara. Danau itu yang tak lain dan tak bukan adalah Danau Tondano. 

Danau Tondano

Danau ini terletak di desa Remboken, Tomohon, Provinsi Sulawesi utara. Memiliki luas sekitar 4.278 hektar dan berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut dan juga dikelilingi oleh 4 gunung dan dataran tinggi yang indah yang berada di sekitarnya. Keempat dataran tinggi tersebut adalah Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu serta Gunung Masarang. 

Konon danau tersebut terbentuk karena letusan yang maha dahsyat salah satu gunung yang ada di lokasi Danau Tondano sekarang berada. Dikisahkan ada sepasang insan manusia yang berlainan jenis melanggar larangan orang tua untuk kawin (bahasa Minahasa: kaweng), tapi mereka nekat lari (tumingkas) ke hutan. Akibatnya meletuslah kembaran Gunung Kaweng tersebut sehingga menjadi danau Tondano. 

Luas danau terluas di Sulawesi Utara ini mencakup tiga buah kecamatan yakni Eris, Kakas, dan Remboken sendiri.
23:56:00 No komentar



Pendakian gunung membutuhkan beberapa persiapan agar selama kegiatan itu berlangsung tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain persiapan logistik dan peralatan mendaki, persiapan fisik pun sangat diperlukan karena memang kegiatan tesebut sangat menguras tenaga terlebih dengan beban yang dipikul dan medan yang berat.
Persiapan fisik yang saya lakukan kali ini sebagai persiapan pendakian ke Gunung Merbabu (3.142 mdpl), saya rencanakan untuk mendaki dulu gunung yang tidak terlalu tinggi yaitu Gunung Andong (1.736 mdpl) yang juga merupakan tetangga Gunung Merbabu.

Gunung ini sebenarnya juga sudah lama saya pengen daki karena selain tidak terlalu jauh dengan rumah, tapi juga pemandangan yang di tawarkan tak kalah luar biasa dengan gunung tinggi yang lainnya. 

Lokasi Mulai Pendakian

Beberapa hari sebelumnya, saya kumpulkan informasi dulu dimana start untuk melakukan pendakian ke Gunung Andong ini. Setelah cukup bekal dan mengetahui dimana tempat mulai pendakian, maka pada tanggal 6 Maret 2013 pukul 7 pagi saya mulai perjalanan menuju kaki Gunung Andong dengan melewati Pasar Ngablak dan berbelok ke kiri arah Desa Srigading, Kec. Ngablak, Kab. Magelang yang merupakan pintu masuk menuju puncak Gunung Andong. 

Saat itu saya naik motor tapi masih belum tahu bakal ditaruh dimana nanti motor tersebut saat saya tinggal naik gunung, namun hal itu tak terlalu menjadi pikiran bagi saya. Kalau sampai tidak menemukan tempat yang aman untuk memarkir motor, paling terpaksanya ya dititipkan di salah satu rumah warga yang terdekat dengan jalur pendakian. Beres kan..... *-*

Saya pun terus melajukan roda motor menuju desa di kaki gunung tersebut dengan diiringi pemandangan khas pegunungan yang indah dengan beberapa warga yang sibuk beraktifitas di ladang maupun yang lalu lalang mengangkut sayur mayur untuk dijual di pasar.

Gunung Andong

23:28:00 102 komentar

Rencana utama mengerjakan suatu hal memang terkadang akan terselip rencana-rencana dadakan yang tak terduga bisa dilakukan, tentunya yang merupakan hal menarik dong. Sama halnya dengan yang terjadi pada saya di hari Jumat selepas Ashar kurang dari dua minggu yang lalu. Saat itu saya pingin mengunjungi Candi Dukuh yang ada di sekitaran Rawa Pening. Saat hampir melewati gapura desa tempat candi itu berada yang ada di Jalan Raya Salatiga-Banyubiru terbelesit keinginan untuk menikmati Rawa Pening dari dekat terlebih selama ini belum pernah melakukannya, hanya bisa melihat dari jauh atau pun hanya sekedar lewat saja. Saya putuskan saat itu untuk menuju Objek Wisata Bukit Cinta dulu sebelum ke Candi Dukuh. Sering banget sih lewat tempat ini, tapi ya lagi-lagi cuman lewat. Mumpung ada kesempatan dan biar gak dibilang kuper karena objek wisata di dekat rumah sendiri masak belum pernah mengunjunginya. 
Masuklah saya ke Bukit Cinta melalui gerbang masuk yang sedang direnovasi. Setelah memarkirkan motor saya langsung menuju loket masuk yang bentuknya sangat unik yaitu menyerupai mulut naga raksasa yang menganga. Kalau pas beli tiket rasanya seperti masuk mulut naga beneran jadinya. Karena saat itu hari jumat maka dikenakan tarif hari biasa sebesar Rp 6.000,-. 

18:18:00 7 komentar
Newer Posts Older Posts Home

Follow Us

recent posts

Blog archive

  • March (1)
  • March (1)
  • December (1)
  • November (1)
  • October (1)
  • October (1)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (1)
  • March (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • July (2)
  • June (5)
  • March (1)
  • January (2)
  • November (2)
  • September (2)
  • August (1)
  • July (1)
  • June (2)
  • May (2)
  • April (1)
  • March (2)
  • February (1)
  • January (2)
  • December (1)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • August (1)
  • June (2)
  • May (4)
  • April (6)
  • March (2)
  • February (1)
  • January (2)
  • December (2)
  • November (4)
  • October (2)
  • September (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (3)
  • April (6)
  • March (12)
  • February (4)
  • January (11)
  • November (3)
  • March (2)
  • February (1)
  • February (1)