YouTube instagram facebook twitter tumblr linkedin
  • Home
  • Features
    • Budaya
    • Pendakian
    • Wisata
    • Alam
  • Documentation
  • My Profile

www.ardiyanta.com



Suatu papan petunjuk lah yang membawa saya ke satu air terjun yang namanya unik, Grenjengan Kembar. Dari namanya sudah bisa ditebak kalau air terjun itu punya dua air tejun dalam lokasi yang berdekatan. Sama seperti beberapa bulan yang lalu saat niatnya hanya mengunjungi Museum Kereta Api Ambarawa dan Benteng Willem I, namun berakhir di Candi Dukuh setelah turun bukit di sebelah barat Rawa Pening menyambangi satu air terjun bernamakan sama dengan terdapat embel-embel “kembar”-nya yaitu Curug Kembar Baladewa yang sesuai tebakan kami saat itu memang terdapat dua air terjun yang berada di satu area.

Sebelumnya saya juga pernah mengeksplor Empat Air Terjun di Sekitar Jalan Salatiga–Kopeng. Namun tak disangka tak hanya empat saja air terjun yang bisa kita temukan di sepanjang jalan penghubung Kota Salatiga dan Magelang itu. Jika kita pacu motor kita lebih jauh lagi mengikuti jalan raya tersebut hingga masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, kita bisa menemukan satu air terjun lagi yang bernama Grenjengan Kembar.

Berawal dari seringnya melintasi jalanan yang sempat menuntun saya menuju Candi Borobudur tersebut dan juga karena mata yang selalu jelalatan melihat sekeliling, akhirnya papan petunjuk menuju satu air terjun pun berhasil ditangakap oleh mata kepala saya. Namun tak langsung saat itu juga saya datangi air terjun tersebut, tentunya harus menentukan waktu yang pas dulu untuk bisa menikmati keindahannya.

Papan petunjuk menuju Air Terjun Granjengan Kembar

tampak dari jalan raya Magelang menuju Kota Salatiga

Oiya, sebenarnya yang pertama saya lihat bukan papan bertuliskan air terjun Grenjengan Kembar, namun plang petunjuk keberadaan Makam Panembahan Ngabei Noto yang tak lain adalah Raja Paku Alam VI yang melarikan diri ke Pakis karena terjadi perang saudara antara dua kerajaan Yogyakarta dan Surakarta dan akhirnya meninggal dan dimakamkan di Dusun Ngabean, Desa Muneng Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Satu desa dengan lokasi keberadaan Air Terjun Grenjengan Kembar namun berbeda dusun. Curug kembar itu berada di Dusun Citran. Dari jalan masuk mengikuti papan petunjuk yang kita temukan di pinggir jalan raya, kita tinggal menikuti jalan beraspal yang tersedia saja nggak perlu masuk gang lagi sebelum menemukan petunjuk selanjutnya. Memang terdapat beberapa dusun yang termasuk ke dalam wilayah Desa Wuneng Warangan, sampai-sampai sempat membuat saya tersasar masuk ke satu dusun yang lain. Tapi tak perlu khawatir, tips nya cuman ikuti saja jalan beraspal yang ada hingga menemukan petunjuk selanjutnya. Nggak seperti saya yang kePD-an tinggal masuk-masuk saja ke dusun orang, hehe.

17:29:00 14 komentar

Setelah beberapa pekan tidak merasakan dinginnya kabut gunung di pagi hari, rasa kangen sepertinya menebal bergelayutan di diri ini. Terakhir naik gunung di penghujung bulan Juni masih terasa segar dalam ingatan, yaa itu Semeru. Lebih dari sebulan berlalu termasuk karena memasuki bulan suci, keinginan naik gunung sepertinya perlu di-rem dulu.


Setelah bulan suci yang penuh berkah itu berlalu barulah rasa "kebelet" naik gunung itu bisa terlampiaskan. Pilih-pilih dulu gunung mana yang pingin didaki. Meski terasa sedikit perlu  pertimbangan yang matang terkait beberapa hal, akhirnya terpilihlah beberapa pilihan yang cukup menarik yaitu antara Gunung Slamet (3.428 mdpl) atau Gunung Merbabu (3.142 mdpl). Dari lokasi keberadaannya, diantara dua gunung tersebut sih lebih mudah dijangkau Merbabu. Kebetulan letaknya ada di samping rumah, cukup setengah jam saja untuk sampai di gerbang pendakian. Sedangkan Gunung Slamet di Purwokerto jarakya termasuk jauh, meski masih ada di satu provinsi yang sama. Di lain sisi, Gunung Slamet belum pernah sekalipun saya daki. 

Keputusan pun akhirnya diperjelas dengan ajakan salah seorang teman SMA yang juga sering travelling-an bareng, Angga, yang kepengen banget naik Merbabu. Katanya sih dia punya janji pada dirinya sendiri untuk bisa menapakkan kaki di puncak Merbabu suatu saat nanti. Dia pernah bilang begitu sih memang sama saya. Sebagai orang Salatiga yang berada di kaki gunung yang punya tujuh puncak itu,  kalau belum pernah mendaki Merbabu rasanya ada yang kurang, katanya. Yah, gak cuma dia saja kok sebenarnya yang pernah punya rasa seperti itu, saya pun dulu pernah punya rasa yang sama. Malah jarak rumah saya lebih dekat lagi dengan Merbabu, setiap hari bisa melihat kegagahan gunung tersebut tinggi menjulang dengan beberapa puncaknya yang tampak jelas dari halaman belakang rumah, bahkan pemancar di salah satu puncak Merbabu pun bisa terlihat jelas. Akan tetapi keinginan saya yang dulu pernah menjadi misi terpendam itu akhirnya sudah berhasil terpecahkan, ceritanya ada disini nih. Sekarang giliran Angga yang menepati janjinya itu. Ajakannya untuk naik Merbabu pun saya iyakan.

view Merbabu from my house Desa Getasan 

Terpilihlah hari pendakian yang akhirnya kami putuskan, walau bukan pada weekend yang biasanya identik dengan waktu kebanyakan yang dipilih untuk mendaki. Pagi itu Rabu, 3 September 2013 setelah diskusi lewat WhatsApp membahas segala persiapan, akhirnya kami memantapkan untuk melangkahkan kaki mendekati puncak Merbabu. Tak hanya kami berdua, namun Angga mengajak dua orang temannya untuk ikut serta dalam pendakian kali itu. Ada Dian yang merupakan rekan seperkuliahan Angga dan juga Decky yang tak lain adalah tetangga dekat rumahnya.

Jalur Pendakian

Dari empat jalur resmi pendakian Gunung Merbabu, yang kami pilih saat itu adalah jalur pendakian Cunthel yang ada di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yang jaraknya cukup dekat dari rumah saya. Cukup berkendara kurang lebih selama 20 menit saja kami sudah sampai di depan basecamp Manggala yang berada di pinggir Dusun Cunthel. 

Cukup mudah dijangkau bagi para pendaki untuk sampai di basecamp tersebut, dari arah Jogja maupun Magelang (barat) bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi mau pun angkutan umum menuju ke arah Kota Salatiga. Selama perjalanan nanti juga akan melewati gerbang pendakian Wekas yang berada di sebelah barat laut Merbabu di Desa Kaponan. Sekitar 25 km dari Magelang nantinya bakal sampai di kawasan agrowisata Kopeng. Gerbang masuk Dusun Cunthel berada di kanan jalan yang juga merupakan gerbang objek wisata Umbul Songo. Jika dari arah Salatiga (timur) gampang saja, dari Pasar Sapi Salatiga tinggal ke arah Kopeng. Di situ juga banyak angkutan umum yang tersedia.
13:29:00 89 komentar
Newer Posts Older Posts Home

Follow Us

recent posts

Blog archive

  • March (1)
  • March (1)
  • December (1)
  • November (1)
  • October (1)
  • October (1)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (1)
  • March (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • July (2)
  • June (5)
  • March (1)
  • January (2)
  • November (2)
  • September (2)
  • August (1)
  • July (1)
  • June (2)
  • May (2)
  • April (1)
  • March (2)
  • February (1)
  • January (2)
  • December (1)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • August (1)
  • June (2)
  • May (4)
  • April (6)
  • March (2)
  • February (1)
  • January (2)
  • December (2)
  • November (4)
  • October (2)
  • September (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (3)
  • April (6)
  • March (12)
  • February (4)
  • January (11)
  • November (3)
  • March (2)
  • February (1)
  • February (1)