YouTube instagram facebook twitter tumblr linkedin
  • Home
  • Features
    • Budaya
    • Pendakian
    • Wisata
    • Alam
  • Documentation
  • My Profile

www.ardiyanta.com



Setiap pendaki pastilah sudah tahu akan konsekuensi jika mendaki gunung saat musim hujan. Selain hujannya itu sendiri yang bakal mengurangi kenyamanan dan kenikmatan dalam perjalanan, tapi beberapa akibat yang ditimbulkan karena adanya hujan itu pula yang lebih membuat para pendaki akan berpikir ulang untuk mendaki di musim hujan. 

Jalan becek, pakaian basah, bawaan tambah berat, dan masih banyak lagi lah hal-hal yang merupakan akibat dari adanya hujan yang menambah kekurangnyamanan dalam pendakian. Tapi bagi pendaki yang sudah nggak bisa nahan keinginan mendaki meski tengah berada di musim penghujan, agaknya perlu adanya persiapan-persiapan yang lebih diperhatikan. Seperti pakaian ganti yang harus dibawa lebih banyak karena kalau mendaki di musim hujan mau gak mau pastilah pakaian yang dipakai pas mendaki bakal basah, sampai ke manajemen pendakian yang disesuakan dengan keadaan yang bisa berubah sewaktu waktu semisal dalam perencanaan memilih tempat ngecamp yang nggak bisa direncanakan secara fix sebab bisa saja kita berencana nenda di Pos X namun karena cuaca dan kondisi yang kurang mendukung kita harus siap menerima harus ngecamp di pos sebelum Pos X, dan masih banyak lagi lah persiapan yang berbeda dibanding kalau kita mendaki di musim yang bersahabat.

Saya pribadi juga terkadang berpikir dua kali terhadap ajakan kawan untuk naik gunung ditengah hujan yang sering-seringnya turun seperti pas akhir tahun hingga awal tahun seperti saat ini. Namun karena rasa rindu akan hawa gunung yang ngangenin sudah tak tertahan, maka ajakan tersebut terasa berat untuk ditolak. Ya, tanggal 22 Desember 2013 lalu salah satu teman SMA yang tengah mudik dari perantauan di Pulau Dewata sana pengen naik Merbabu. 

Asonk yang telah menjelajahi gunung-gunung di Bali saya pikir sangat merasa berdosa sekali kalau gunung yang paling dekat dengan rumahnya sendiri malah belum pernah didakinya. Haha, rasa itu juga pernah saya rasakan. Pernah pula dirasakan Angga yang kala itu juga ngajakin naik Merbabu. Namun Angga agaknya lebih sedikit beruntung karena saat itu dia ngajaknya pas cuaca sedang bersahabat.

Nah, giliran Asonk saat itu lah yang sedikit agak tidak mengenakkan karena cuaca sedang galau-galaunya. Tapi tak apalah, mumpung pulang kampung tak ada salahnya sekalian nanjak gunung sebelah rumah. Rencananya sih dia langsungan saja setelah turun dari pesawat langsung menuju Boyolali sebagai meeting point kami karena kami mau naik via Selo saja. Dasar Asonk, habis merantau jauh-jauh ke Bali waktunya mudik bukannya pulang ke rumah dulu malah yang di dahulukan naik gunungnya. Hahaha, Top deh.

Bertemulah kami di terminal Boyolali. Hujan sedari keluar rumah tadi hingga sampai di Boyolali sangat setia menemani. Tak lama kami langsung saja tancap gas menuju basecamp. Hujan, hujan, hujan, dan masih tetap hujan hingga akhirnya kami sampai di basecamp pun masih tetap hujan.

Sampai basecamp kami langsung masuk saja dan mengurus administrasi. Walah, sepi banget ternyata. Hanya ada beberapa motor yang sudah dititipkan dan beberapa pendaki yang juga mau naik. Sepertinya kami harus mengawali pendakian sudah dengan memakai jas hujan karena nggak mungkin kami menunggu hujan reda. Bakal sampe malem kali ya. Sampe basecamp saja sudah jam setengah 6 sore.

Benar saja, kami memulai langkah pertama kami dengan jas hujan yang sudah dipakai. Saya akui memang saya paling nggak betah memakai jas hujan pas mendaki. Selain keringat makin banyak karena penguapan terhenti karena jas hujan tapi juga untuk bergerak jadi kurang bebas.

Rencana awal kami sebenarnya pingin mendirikan camp di pos sabana tapi apa daya karena cuaca yang terus hujan dan Asonk yang belum istirahat sedari perjalanan dari Bali tadi maka jadilah kami memutuskan untuk mendirikan tenda di Pos II. Begitu tenda berdiri hujan agak lumayan reda namun langit masih terlihat mendung. Untunglah malam itu kami masih kebagian hiburan malam berupa kerlap-kerlip lampu Kota Solo dan sekitarnya yang memanjakan mata didinginnya malam itu.

Kerlap-kerlip bintang... eh lampu dink... 

tenda kami dan tetangga..

Lelah yang menghinggapi raga membuat kami langsung terlelap begitu masuk di hangatnya sleeping bag. Hingga kami terbangunkan oleh alarm yang kami set di jam 4 pagi. Kami tidak buru-buru mengejar sunrise di puncak karena di Pos II tempatnya cukup terbuka dan langsung menghadap ke timur. 

22:04:00 6 komentar


Pergantian tahun bagi sebagian orang dianggap hal yang luar biasa, tapi ada pula yang menganggapnya sesuatu yang tak ada bedanya dengan pergantian hari biasa. Saya akui kalau saya pribadi kadang plin plan dalam menilai perayaan tahun baru tersebut. Kadang-kadang saya menganggapnya menjadi hal yang biasa, tapi ada kalanya sebaiknya dinikmati dengan cara yang berbeda karena momen tersebut hanya terjadi setahun sekali. Nha, setelah pergantian tahun 2013 lalu saya nikmati dengan hal yang tak istimewa, maka kali ini pada pergantian tahun 2014 saya rasa perlu ada yang sedikit istimewa.

Sempat kepikiran buat menghabiskan malam pergantian tahun di puncak gunung. Tapi setelah berpikir dua kali dengan pertimbangan cuaca yang lagi labil dan betapa ramainya jalur pendakian di saat malam pergantian tahun tersebut membuat saya mengurungkan niat itu. Lagian seminggu sebelumnya juga sudah sempet naik Gunung Merbabu dengan ditemani hujan sepanjang perjalanan dari basecamp hingga sampai ke basecamp lagi tanpa oleh-oleh kenangan indah pemandangan menakjubkan seperti yang didapat saat pendakian sebelumnya karena sesampai di puncaknya hanya bisa memandang kabut tebal yang sangat membatasi jarak pandang.

Merasa trauma kalau naik gunung bakal dapet kabut lagi, alhasil saat menentukan bakal dimana tempat istimewa untuk menikmati pergantian tahun adalah pantai. Bukan semata mata ide saya sih. Ide itu muncul melalui satu obrolan saat kumpul-kumpul di mushola KPP Pratama Salatiga. Kebetulan kami semua saat itu sedang dalam masa pemagangan di kantor tersebut sepakat kalau ada baiknya kami semua mengukir kenangan indah dengan menghabiskan detik-detik terakhir tahun 2013 bersama-sama sebelum ditempatkan secara definitif di kantor masing-masing yang entah dimanakah berada.


Selasa, 31 Desember 2013 setelah jam kantor usai, kami semua sudah siap untuk memulai perjalanan menuju Gunung Kidul, DIY menuju salah satu pantainya. Kami sebelumnya belum menentukan di pantai mana tepatnya karena saking banyaknya pantai indah di Gunung Kidul. Tapi saya tebak saja kalau kami bakal ke Pantai Indrayanti. Perkiraan itu karena Pantai Indrayanti merupakan salah satu pantai yang menjadi favorit.

Kami berdelapan menuju lokasi tujuan dengan mobil sewaan dengan Indro yang menjadi drivernya. Dari kami semua memang dia yang paling berpengalaman dalam hal setir menyetir dan sepertinya tak ada yang bisa jadi driver cadangan. Semoga saja kuat ya Ndro dan yang penting jangan sampai ngantuk.

Di sepanjang perjalanan kami belum menemukan keramaian layaknya malam pergantian tahun, namun keramaian baru kami temui saat kami melintasi satu bukit yang kerap disebut sebagai Bukit Bintang di daerah Patuk, Gunung Kidul. Motor-motor pengunjung sudah penuh di area parkir yang mungkin sudah diperluas dari hari biasa. Muda mudi juga sudah memadati objek wisata tersebut yang menanti dinyalakannya kembang api sebagai tanda tahun akan segera berganti. Tempat tersebut yang letaknya berada di ketinggian serasa pas banget untuk menikmati kembang api di tengah riuhnya kerlap-kerlip lampu kota. Kalau hari biasa pemandangan di tempat tersebut sudah sangat indah dengan gemerlap lampu Kota Jogaja, apalagi kalau ditambah dengan nyala kembang api pasti pemandangan makin oke.

Kami lewati saja keramaian itu dan melanjutkan lagi perjalanan masih lumayan jauh. Eits, kami masih menemukan keramaian satu lagi di satu daerah di Wonosari. Kali itu sedang diadakan acara konser dangdut dengan artis Fia Vallen sekaligus pengiringnya grup Om Sera. Keramaian kali ini rasanya melebihi ramainya di Bukit Bintang tadi karena kemacetan agak lumayan mengular.

Wowh, akhirnya bisa melepaskan diri dari keramaian itu dan melanjutkan lagi perjalanan yang hampir sampai di tujuan. Kami akhirnya menemukan gerbang loket masuk kawasan pantai-pantai di Gunung Kidul. Setelah mengurus administrasi dengan membayar sesuai jumlah orang yang ada di mobil kami langsung tancap gas saja. Deretan pantai-pantai satu per satu kami lewati sembari memilih mana yang cocok. Hmmm, benar saja ternyata yang menjadi tempat berakhirnya pencarian adalah di Pantai Indrayanti. Mencari tempat parkir mobil saja susah nih, kebayang kan gimana ramenya di pantainya. Akhirnya ketemu juga lapak kosong buat markir mobil.

Kami turun dan langsung mencari tempat yang pas buat duduk-duduk menunggu kembang api dinyalakan sambil menghirup udara malam Pantai Indrayanti yang tak terlalu dingin. Kami disana menggelar banner yang sudah kami bawa sebagai alas dan juga mempersiapkan perlengkapan buat masak-masak. Kami pergi ke pantai tapi kebanyakan yang dibawa adalah alat-alat untuk naik gunung. Jadilah suasana malam itu yang berpadu antara wisata pantai dengan atmosfir pendakian.

Tak berapa lama ada beberapa kembang api yang dinyalakan dan kami lihat jam ternyata memang hari, bulan, dan tahun sudah berganti menjadi 01-01-2014. Kami pun terdiam sejenak dengan kepala terdongak menikmati percikan kembang api dengan warna dan bentuk yang indah. Beginilah beberapa penampakan warna-warni kembang api yang berhasil ditangkap kamera.

00:19:00 8 komentar
Newer Posts Older Posts Home

Follow Us

recent posts

Blog archive

  • March (1)
  • March (1)
  • December (1)
  • November (1)
  • October (1)
  • October (1)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (1)
  • March (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • July (2)
  • June (5)
  • March (1)
  • January (2)
  • November (2)
  • September (2)
  • August (1)
  • July (1)
  • June (2)
  • May (2)
  • April (1)
  • March (2)
  • February (1)
  • January (2)
  • December (1)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • August (1)
  • June (2)
  • May (4)
  • April (6)
  • March (2)
  • February (1)
  • January (2)
  • December (2)
  • November (4)
  • October (2)
  • September (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (3)
  • April (6)
  • March (12)
  • February (4)
  • January (11)
  • November (3)
  • March (2)
  • February (1)
  • February (1)