YouTube instagram facebook twitter tumblr linkedin
  • Home
  • Features
    • Budaya
    • Pendakian
    • Wisata
    • Alam
  • Documentation
  • My Profile

www.ardiyanta.com


Seperti hutang yang harus dibayar dan janji yang harus ditepati, pendakian Gunung Bawakaraeng yang pertama kalinya dulu di tahun 2014 yang hanya menghasilkan pijakan kaki sampai di tanah Pos 7 saja, kayaknya rasa penasaran masih menggelayut di dada tentang bagaimana rupa dan rasa kalau kaki ini ini benar-benar berhasil memijakkan puncaknya, disamping adanya kepercayaan warga setempat yang konon kalau sampai di puncak sama saja dengan berhaji di tanah suci sana. Gelar Haji Bawakaraeng pun bakal disandang bagi yang berhasil sampai puncak. Hmmm pengen juga punya gelar begituan sebelum gelar haji beneran didapat.

Sebenarnya gunung tersebut pernah saya daki untuk dua kali, namun saat itu beda tujuan. Lembah Ramma lah yang kepengen didatangi, bukan puncaknya. Seperti yang telah dibahas tuntas di postingan yang lalu mengenai perjalanan menuju lembahnya Gunung Bawakaraeng, kalau jalur ke puncak dan ke lembahnya berbeda sehingga saat itu memang tak ditargetkan untuk sampai di puncaknya.
Sudah di alokasikan sendiri kapan waktu yang tepat untuk kembali menjajal keberuntungan hingga pendakian bisa sampai ke puncak. Ya, memang keberuntungan lah yang menjadi salah satu faktor penting. 
Kalo ngomongin cuaca kan berarti ngomongin keberuntungan juga kan. Nah, yang sebenarnya ditekankan disini adalah faktor cuaca sebetulnya. Pendakian pertama dulu yang hanya sampai di Pos 7 saja lalu turun, itu juga karena faktor cuaca yang berhasil menghajar kami habis-habisan di gunung. Hujan badai dan angin ribut berhasil menciutkan semangat kami untuk sampai ke puncak. Namun, semua itu nggak ada gunanya kalau akhirnya kita nggak bisa sampai rumah lagi. Makanya saat itu diputuskan untuk turun lagi setelah bermalam di Pos 7.

Cuaca di Gunung Bawakaraeng menurut saya susah di prediksi. Pas musim hujan dulu wajar lah kalau hujan plus ada badai-badainya sebagai bonus, tapi itu pas naiknya. Nah saat turun kok cerah ceria pake banget. Beruntung sekali mereka yang naik pas kami turun. Sedangkan pendakian ke Lembah Ramma waktu itu yang sebetulnya sudah masuk musim kemarau malah sepanjang pendakian naik dan turunnya kami diguyur hujan super deras.

Alhamdulillah saya ada kesempatan lagi buat menyapa Bawakaraeng. Semoga kali ini cuaca bersahabat. Oiya, pendakian kali ini sebagai trip kedua bersama sahabat baru yang baru saja kenalan saat ke Pulau Kodingareng Keke sebulan sebelumnya. Asik juga bisa kenalan sama teman baru yang bisa diajak ngetrip ke pulau sekaligus ke gunung.

Menuju Basecamp

Seperti biasa kami berkumpul di Kota Makassar sebelum touring hampir 3 jam menuju basecamp Gunung Bawakaraeng di Dusun Lembana, Malino, Kab. Gowa. Cuaca memang sangat cerah saat kami di perjalanan, namun mendekati Malino cerahnya langit mulai dipenuhi awan kelam yang menggantung. Sempat juga di perjalanan terjadi satu insiden. saya yang ngantuk dan beberapa kali mengeluh dengan teman yang saya bonceng akhirnya kami jatuh juga dari motor karena rasa ngantuk yang sudah tak tertahan. Padahal niatnya mau berhenti sejenak di warung pinggir jalan buat minum kopi. Belum sampai warung, eh sudah jatuh duluan. Lutut pun terluka hingga berdarah-darah, entah saya bisa mendaki atau tidak dengan keadaan seperti itu. Tapi saya mantap saja lanjut lagi menuju Malino untuk mampir ke masjid menunaikan Sholat Jumat sambil mengobati luka itu.

Usai sembayang, akhirnya hujan turun juga. Kayaknya memang cuaca Bawakaraeng nggak berjodoh dengan saya. Padahal kemaren ada dua temang yang baru saja mendaki katanya dapat cuaca yang cerah pas naik sekaligus turunnya. Mereka berdua malah nggak pake ngecamp, mendaki "Tek Tok", naik langsung turun. Beruntungnya mereka. Tapi, kami yang belum sampai di basecamp saja sudah disambut dengan hujan yang deras yah mau gimana lagi. Akhirnya kami mendaki dengan aurat tertutupi jas hujan.

Memulai Pendakian


Pos 1, Pos 2, Pos 3 akhirnya kami lewati dan akhirnya hujan reda. Mulai Pos 3 keatas kami sudah mendaki tanpa jas hujan lagi. Serasa terbebas dari belenggu. Jalan juga jadi nyaman, nggak gerah, dan nggak nyangkut-nyangkut.
Rencananya kami akan membuat camp di Pos 5 karena diperkirakan kami tiba disana saat hari mulai gelap dan terlebih lagi tempatnya memang cocok untuk camp. Bentuknya dataran yang luas dengan mata air yang tak sebegitu jauh namun juga nggak dekat-dekat amat dari lokasi bangun tenda. Sebelum sampai di Pos 5 kami sempat mendapat hiburan sunset yang teramat manis, tapi sayang pepohonan tinggi nan lebat menghalangi pandangan. Kalau bisa segera sampai Pos 5 kemungkinan bisa menikmatinya tanpa halangan. Hmmm, pas sampai di pos tersebut, sunset tinggal sisa-sisa keindahannya saja. Namun alhamdulillah masih kebagian dikit sih.

01:13:00 4 komentar


Tak pernah direncanakan sebelumnya saya bersama seorang teman bisa akhirnya sampai di Pulau Kodingareng Keke. Ini adalah Plan B kami untuk mengobati kekecewaan batalnya rencana utama kami untuk berlayar ke Pulau Kapoposan. Ceritanya hampir sama dengan bagaimana saya bisa sampai ke Pulau Lanjukang, yaitu karena saya join di salah satu ajakan trip di salah satu grup di FB, beda orang sih yang ngajakin.

Seperti awal perjalanan ke Pulau Lanjukang dulu, trip ke Pulau Kapoposan ini sempat pula diadakan pembicaraan lewat FB, lalu diteruskan dengan meet up di tempat minum kopi, hingga akhirnya diputuskan hari apa dan dengan rincian seperti apa. Sungguh terasa bahwa perencanaannya begitu sangat matang. Hingga tiba hari H kami menunggu rombongan yang lain di depan Pelabuhan Potere, Kota Makassar. Janjiannya sih jam 8 berangkat. Saat itu kami sudah ditempat itu sejak jam 7.30  pagi. Singkat cerita meski sebenarnya sangat terasa lama dijalani, ternyata yang ditunggu nggak nongol-nongol sampe skitar jam 10-an. Kami berdua mengira kami sudah ditinggal rombongan menyeberang pulau. Karena mau dihubungi juga nggak bisa makanya kami simpulkan demikian.

Pulau Kapoposan memang letaknya cukup jauh dari pelabuhan penyebrangan, yaitu sekitar 3 jam naik jolorro atau kapal motor tempel. Disini kami merasa sangat sedih sekali, semacam dikucilkan dari pergaulan hehehe. Sempat kami berpikir memutar otak lama banget, mau kemana rencana selanjutnya ini. Apalagi saya yang jauh-jauh dari Majene ke Makassar hanya untuk trip itu, kalau batal kan sangat mubadzir sia-sia.

Kami putuskan untuk masuk ke area pelabuhan mencari rombongan lain yang mau nyebrang ke pulau. Ke pulau mana pun lah, yang penting saya pulang tidak dengan tangan hampa. Secara di seberang Makassar itu tersebar pulau-pulau cantik yang masuk dalam gugusan Kepulauan Sermonde, jadi kalau ada rombongan yang bisa ditebengi untuk nyebrang ke pulau kami ngikut saja deh.


Pelabuhan Paotere, Kota Makaasar
Pelabuhan bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo

Kami masuk ke pelabuhan dan muter-muter dari ujung sampe ujung. Harapan hampir pupus sebenarnya, karena memang hari sudah terlampau siang untuk orang-orang menyebrang pulau. Tapi untungnya kami dipertemukan dengan satu rombongan anak muda yang sepertinya sedang menunggu anggota yang lain. Yaaa, merekalah yang akhirnya menjadi sahabat baru kami sampai detik ini dan trip bersama terus berlanjut di trip kedua kami naik Gunung Bawakaraeng akhir April 2015 ini. Sepertinya masih ada trip-trip seru selanjutnya bareng mereka. Tunggu saja tanggal mainnya.

Oiya, mereka adalah alumni dari satu universitas di Kota Makassar jurusan Keperawatan. Mereka mengadakan reuni kecil-kecilan ke pulau, tapi berbeda dengan pulau yang menjadi tujuan awal tadi. Pulau yang akan mereka jadikan tempat menghabiskan malam minggu adalah Pulau Kodingareng Keke.

Setelah ngobrol-ngobrol dengan mereka, kami akhirnya diperbolehkan join dengan mereka. Ikut berlayar ke pulau sekaligus ikut acara bakar-bakar ikan. Hmmm, tapi sebenarnya ada rasa nggak enak juga sih ganggu acaranya mereka. Namun akan lebih menyesal lagi kalau pulang ke Majene tanpa membawa apa-apa. Sudahlah rasa nggak enak itu kami buang, toh mereka juga sangat welcome dengan kami. Dan akhirnya pun kami menuju Pulau Kapoposan eh salah Pulau Kodingareng Keke untuk menikmati malam minggu dengan suara debur ombak dengan beratap langit bertabur bintang.


Pulau Kodingareng Keke

pulaunya imut kan...???

Pulau ini tak sejauh Lanjukang atau pun Kapoposan yang harus ditempuh berjam-jam. Hanya berjarak sekitar 14 km saja dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam dengan jolorro. Saat itu kami berangkat dari Pelabuhan Paotere, namun opsi lain bisa lewat Pelabuhan Popsa yang ada di seberang Benteng Rotterdam atau satu lagi via Pelabuhan Kayu Bangkoa di Jalan Penghibur dekat Pantai Losari. Biaya sewa berkisar 300-550 ribu rupiah tergantung bagaimana pintarnya negosiasi dengan bapaknya. Kalau kapal yang kami pakai saat itu katanya milik om salah satu sahabat baru kami, jadinya dapat harga yang murah meriah. Memang enak perginya rame-rame karena bisa patungan ongkos kapal yang bisa diisi 10-15 orang itu.

23:12:00 8 komentar
Newer Posts Older Posts Home

Follow Us

recent posts

Blog archive

  • March (1)
  • March (1)
  • December (1)
  • November (1)
  • October (1)
  • October (1)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (1)
  • March (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • July (2)
  • June (5)
  • March (1)
  • January (2)
  • November (2)
  • September (2)
  • August (1)
  • July (1)
  • June (2)
  • May (2)
  • April (1)
  • March (2)
  • February (1)
  • January (2)
  • December (1)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • August (1)
  • June (2)
  • May (4)
  • April (6)
  • March (2)
  • February (1)
  • January (2)
  • December (2)
  • November (4)
  • October (2)
  • September (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (3)
  • April (6)
  • March (12)
  • February (4)
  • January (11)
  • November (3)
  • March (2)
  • February (1)
  • February (1)