Sebenarnya
gunung tersebut pernah saya daki untuk dua kali, namun saat itu beda
tujuan. Lembah Ramma lah yang kepengen didatangi, bukan puncaknya. Seperti yang
telah dibahas tuntas di postingan yang lalu mengenai perjalanan menuju
lembahnya Gunung Bawakaraeng, kalau jalur ke puncak dan ke lembahnya berbeda
sehingga saat itu memang tak ditargetkan untuk sampai di puncaknya.
Sudah di
alokasikan sendiri kapan waktu yang tepat untuk kembali menjajal
keberuntungan hingga pendakian bisa sampai ke puncak. Ya, memang keberuntungan
lah yang menjadi salah satu faktor penting.
Kalo ngomongin cuaca kan berarti
ngomongin keberuntungan juga kan. Nah, yang sebenarnya ditekankan disini adalah
faktor cuaca sebetulnya. Pendakian pertama dulu yang hanya sampai di Pos 7 saja
lalu turun, itu juga karena faktor cuaca yang berhasil menghajar kami habis-habisan
di gunung. Hujan badai dan angin ribut berhasil menciutkan semangat kami untuk
sampai ke puncak. Namun, semua itu nggak ada gunanya kalau akhirnya kita nggak
bisa sampai rumah lagi. Makanya saat itu diputuskan untuk turun lagi setelah
bermalam di Pos 7.
Cuaca
di Gunung Bawakaraeng menurut saya susah di prediksi. Pas musim hujan dulu
wajar lah kalau hujan plus ada badai-badainya sebagai bonus, tapi itu
pas naiknya. Nah saat turun kok cerah ceria pake banget. Beruntung sekali mereka
yang naik pas kami turun. Sedangkan pendakian ke Lembah Ramma waktu itu yang
sebetulnya sudah masuk musim kemarau malah sepanjang pendakian naik dan
turunnya kami diguyur hujan super deras.
Alhamdulillah
saya ada kesempatan lagi buat menyapa Bawakaraeng. Semoga kali ini cuaca
bersahabat. Oiya, pendakian kali ini sebagai trip kedua bersama sahabat baru
yang baru saja kenalan saat ke Pulau Kodingareng Keke sebulan sebelumnya. Asik
juga bisa kenalan sama teman baru yang bisa diajak ngetrip ke pulau sekaligus ke
gunung.
Menuju Basecamp
Seperti
biasa kami berkumpul di Kota Makassar sebelum touring hampir 3 jam menuju
basecamp Gunung Bawakaraeng di Dusun Lembana, Malino, Kab. Gowa. Cuaca memang
sangat cerah saat kami di perjalanan, namun mendekati Malino cerahnya langit
mulai dipenuhi awan kelam yang menggantung. Sempat juga di perjalanan terjadi satu insiden. saya yang
ngantuk dan beberapa kali mengeluh dengan teman yang saya bonceng akhirnya kami
jatuh juga dari motor karena rasa ngantuk yang sudah tak tertahan. Padahal
niatnya mau berhenti sejenak di warung pinggir jalan buat minum kopi. Belum
sampai warung, eh sudah jatuh duluan. Lutut pun terluka hingga berdarah-darah,
entah saya bisa mendaki atau tidak dengan keadaan seperti itu. Tapi saya mantap
saja lanjut lagi menuju Malino untuk mampir ke masjid menunaikan Sholat Jumat sambil mengobati luka itu.
Usai
sembayang, akhirnya hujan turun juga. Kayaknya memang cuaca Bawakaraeng nggak
berjodoh dengan saya. Padahal kemaren ada dua temang yang baru saja mendaki
katanya dapat cuaca yang cerah pas naik sekaligus turunnya. Mereka berdua malah nggak
pake ngecamp, mendaki "Tek Tok", naik langsung turun. Beruntungnya mereka. Tapi,
kami yang belum sampai di basecamp saja sudah disambut dengan hujan yang deras
yah mau gimana lagi. Akhirnya kami mendaki dengan aurat tertutupi jas hujan.
Memulai Pendakian
Pos
1, Pos 2, Pos 3 akhirnya kami lewati dan akhirnya hujan reda. Mulai Pos 3
keatas kami sudah mendaki tanpa jas hujan lagi. Serasa terbebas dari belenggu.
Jalan juga jadi nyaman, nggak gerah, dan nggak nyangkut-nyangkut.
Rencananya
kami akan membuat camp di Pos 5 karena diperkirakan kami tiba disana saat
hari mulai gelap dan terlebih lagi tempatnya memang cocok untuk camp. Bentuknya
dataran yang luas dengan mata air yang tak sebegitu jauh namun juga nggak
dekat-dekat amat dari lokasi bangun tenda. Sebelum sampai di Pos 5 kami sempat mendapat
hiburan sunset yang teramat manis,
tapi sayang pepohonan tinggi nan lebat menghalangi pandangan. Kalau bisa segera sampai
Pos 5 kemungkinan bisa menikmatinya tanpa halangan. Hmmm, pas sampai di
pos tersebut, sunset tinggal
sisa-sisa keindahannya saja. Namun alhamdulillah masih kebagian dikit sih.